Naskhahtulisan tangannya masih disimpan keturunannya di Martapura. Antara cetakan awal yang dapat dikesan ialah cetakan kedua Maṭba'ah Aḥmadiyah pada 1347H dan ditaṣḥiḥ oleh Tuan Guru Sapat, Inderagiri. Lihat Asywadie, Pemikiran-Pemikiran Syeh, viii. 78
Oleh Aulia Rahman Biografi dan Nasab Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan Nama lengkap Syaikh Abdul Wahab Rokan adalah Syaikh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi An-Naqsyabandi, terkenal dengan sebutan Tuan Guru Besilam Babussalam. Memiliki gelar Faqih Muhammad dan Abu Qosim nama kecilnya. Ayahnya bernama Abdul Manaf bin M. Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tambusai yang merupakan keturunan dari Raja-raja Siak. Wafatnya Haji Abdullah Tambusai meninggalkan anak dan cucu berjumlah 670 orang. Salah seorang putranya beliau bernama Muhammad Yasin yang menikah dengan seorang wanita dari Suku Batu Hampar. Dari hasil pernikahan kedua sepasang suami istri ini melahirkan anak laki-laki yang bernama Abdul Manaf, yaitu ayah kandung Syaikh Abdul Wahab Rokan. Sedangkan ibunya bernama Arba’iah binti Datuk binti Tengku Perdana Menteri bin Sultan Ibrahim, kepenuhan Riau dan masih mempunyai pertalian darah dengan Sultan Langkat. Syaikh Abdul Wahab Rokan di lahirkan pada tanggal 19 Rabi’ul Akhir 1230 H. Bertepatan dengan 28 September 1811 M. Lahir di Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti. Sekarang daerah ini menjadi Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kab. Rokan Hulu, Provinsi Riau. Syaikh Abdul Wahab Rokan tumbuh di lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Kakeknya, Haji Abdullah Tambusai dikenal sebagai seorang ulama besar dari golongan raja-raja yang sangat berpengaruh dan disegani pada masanya. Dari nasab tersebut, Syaikh Abdul Wahab Rokan sejak kecil terdidik dalam pelajaran agama. Demi menghafal Al-Qur’an, Syaikh Abdul Wahab Rokan sering bermalam di rumah gurunya. Beliau pun patuh pada gurunya, bahkan kerap mencucikan pakaian orang yang mendidiknya itu. Karomah telah tampak sejak Syaikh Abdul Wahab masih belia. Suatu ketika, saat orang terlelap pada dini hari, Abdul Wahab masih menekuni Al-Qur’an. Tiba-tiba muncullah orang tua mengajarinya membaca Al-Qur’an. Setelah khatam Al-Qur’an, orang tua itu pun menghilang. Pendidikan Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan Selain pendidikan dari lingkungan keluarga, Syaikh Abdul Wahhab Rokan berguru kepada Tuan Guru Haji Abdul Halim di Tambusai. Pada periode 1846-1848, beliau merantau ke Semenanjung Malaya dan pernah tinggal di Johor dan Malaka. Dalam tempo kurang lebih dua tahun beliau mendapatkan kesempatan mengajar dan belajar. Di antara gurunya ketika berada di Malaya adalah Tuan Guru Syaikh Muhammad Yusuf, seorang ulama yang berasal dari Minangkabau. Masih dalam tahun 1848 itu juga, beliau meneruskan perjalanan menuju ke Makkah dan belajar di sana hingga tahun 1854 M. Di antara gurunya sewaktu di Makkah adalah Syaikh Muhammad Yunus bin Syaikh Abdur Rahman Batu Bara Asahan. Dalam pelajaran tasawuf dan Thariqat Naqsyabandiyah, Syaikh Abdul Wahab Rokan dididik oleh seorang ulama besar yang cukup terkenal dalam silsilah Thariqat Naqsyabandiyah yaitu Syaikh Sulaiman Zuhdi di Jabal Abi Qubis, Guru Syaikh Abdul Wahhab Rokan kembali ke tanah air dalam tahun 1854 dan langsung mengajar di Tanjung Masjid Kecamatan Kubu, Bagan Siapiapi, Riau. Kemudian pada tahun 1856, beliau mengajar di Sungai Masjid di daerah Dumai, Provinsi Riau. Tahun 1860 mengajar di Kualuh Kabupaten Labuhan Batu. Tahun 1865 mengajar di Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Kemudian pada tahun 1883 beliau pindah ke Babusalam Langkat. Di Babusalam inilah menjadi pusat seluruh aktifitas pengajaran dan zikir dalam berdakwah membina umat. Perkampungan Besilam Babusalam Langkat Pada tanggal 12 Syawal 1300 H/ 12 Agustus 1883, Syaikh Abdul Wahab Rokan bersama 160 orang murid dan keluarganya mengarungi sungai Batang Serangan menggunakan 13 buah perahu. Sungai Batang Serangan adalah sungai yang melintasi wilayah Kecamatan Batang Serangan, Padang Tualang dan Tanjung Pura di Langkat. Kemudian Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan berlabuh di sebuah area yang terletak 6 KM dari kota Tanjung Pura, yang selanjutnya dijadikan kampung Babusalam sebagai kampung rohani dengan aturan dan hukum-hukum tersendiri, terlepas dari intervensi Kesultanan Langkat dan Belanda saat itu. Orang setempat menyebut kampung Babusalam dengan Besilam, sehingga sampai sekarang kampung itu disebut juga kampung Besilam. Kegiatan kampung Besilam Babusalam cukup beragam. Pendidikan keislaman dilakukan setiap hari. Shalat berjamaah, tilawah Qur’an, shalawat puji-pujian serta amalan dzikir menurut kaedah tahriqat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Semua kegiatan ini dikerjakan atas bimbingan Tuan Guru Babusalam beserta Khalifah-khalifah Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Khalifah-khalifah ini adalah murid yang ditunjuk untuk membantu aktifitas beliau. Babusalam menurut bahasa Arab artinya “Pintu Kesejahteraan.” Babusalam saat ini menjadi lokasi wisata religius dan bangunannya dijadikan cadar budaya. Di kampung Babusalam ini terdapat makam Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan dan anggota keluarganya yang terletak di samping Masjid Babusalam. Perjuangan dan Karomah Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan Walaupun Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan bukan sosok yang terkenal dalam pergerakan melawan penjajahan Belanda, tapi beliau aktif dalam mengarahkan strategi perjuangan non fisik sebagai upaya melawan kolonialisme Belanda. Beliau pernah mengirim utusan ke Jawa untuk bertemu Tjokroaminoto dan mendirikan cabang organisasi Syarikat Islam di Kampung Babusalam di bawah pimpinan Haji Idris Kelantan. Syaikh Abdul Wahab Rokan diangkat sebagai penasihat. Pada tahun 1923, asisten Residen Belanda bersama Sultan Langkat memberikan Bintang Emas untuk Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan. Wakil Pemerintah Belanda itu kemudian berpidato bahwa Tuan Guru adalah seorang yang banyak jasanya dalam mengajar agama Islam dan mempunyai murid yang tersebar di Sumatra dan Semenanjung Malaya. Oleh sebab itu Kerajaan Belanda menghadiahkan sebuah Bintang Emas kepada Tuan Guru. Sebagai seorang sufi, hadiah ini bukan suatu kebanggaan. Bisa jadi ada maksud-maksud tertentu dari penjajah Belanda untuk memperalat Tuan Guru Babusalam untuk melegitimasi penjajahan mereka. Oleh karena itu, dengan tegas beliau langsung berkata, “Jika saya dipandang sebagai seorang yang banyak jasa, maka sampaikanlah amanah saya kepada Ratu Belanda supaya ia masuk Islam.”Beliau pernah juga ikut terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Aceh pada tahun 1308 H. Menurut kesaksian dari pihak Belanda yang pada saat itu sempat mengambil fotonya, Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan mampu terbang, menyerang dengan gagah dan tidak dapat ditembak dengan senapan atau meriam. Sebagai seorang yang banyak muridnya, Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan sangat dikeramatkan oleh masyarakat Langkat. Sejumlah cerita tentang karomah beliau yang terkenal di kalangan masyarakat di antaranya, bahwa pada suatu saat pihak Belanda merasa curiga karena Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan dan Kampung Babusalam tidak pernah kekurangan uang. Kemudian pihak Belanda menuduh beliau telah membuat uang palsu. Tuan Guru sangat merasa tersinggung sehingga langsung meninggalkan kampung Babusalam dan pindah ke Sumujung, Malaysia sembari mengembangkan Thariqat Naqsyabandiyah di sana. Konon selama kepergian Tuan Guru, sumur-sumur minyak perusahaan milik Belanda, BPM Batavsche Petrolium Matschapij di Langkat menjadi kering. Penghasilan nelayan seperti ikan, udang dan kepiting di laut sekitar Langkat juga menghilang, sehingga menimbulkan kecemasan para penguasa Langkat. Akhirnya beliau dijemput dan dimohon untuk menetap kembali di Kampung Babusalam. Setelah itu sumur minyak pun mengalir kembali dan penghasilan nelayan di laut bertambah banyak. Amalan dan Ibadah Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan Ibadah utama yang dilakukan beliau adalah shalat berjamaah setiap waktunya, rutin membaca Al-Qur’an, suluk secara terus menerus, wirid-wirid lainnya seperti membaca Yasin setiap malam jum’at, ratib setiap malam selasa, pembacaan maulid barzanji setiap tanggal 12 bulan Rabi’ul Awal, mengajar Kitab Rubu’ Tasawuf setiap malam antara waktu shalat maghrib dan isya. Kebiasaan hidup beliau adalah menyukai berpakaian serba putih, hanya terkadang diselingi warna hijau. Gaya berpakaiannya sangat rapi terutama waktu mengerjakan shalat. Kedisipilinan adalah utama bagi beliau. Dalam melaksanakan sesuatu juga telah diatur sedemikian rupa hingga waktu makan pun diatur. Ketika masuk waktu sembahyang, setengah jam sebelumnya, kentong besar yang terletak dalam menara akan diketuk. Ketika shalat jum’at, satu jam sebelumnya akan diketuk kentong tersebut. Pada tahun 1902 dibangunlah sebuah masjid dan madrasah baru sebagai pengganti bangunan lama. Madrasah dan masjid bertingkat tiga dengan dilengkapi menara di puncaknya. Untuk sampai ke menara, orang harus melalui enam tangga. Inilah bangunan yang hingga kini di pergunakan untuk tempat sembahyang tawajjuh. Di samping madrasah ini dibangun pula sebuah rumah tempat kediaman beliau yang disatukan oleh jembatan, satu untuk pihak laki-laki dan satu lagi untuk pihak perempuan. Karya dan Karangan Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab RokanBeberapa karya beliau yang terkenal sampai sekarang diantaranya Merupakan kumpulan puji-pujian dan beberapa doa kepada Allah SWT. Syair Burung Garuda. Merupakan syair yang berisi nasehat pendidikan dan bimbingan untuk remaja. Sayangnya, syair ini hilang dan tidak ditemukan lagi. Wasiat 41. Merupakan pelajaran tentang akhlak dan adab salik terhadap mursyid, adab murid terhadap guru. Adapun wasiat ini berjumlah 41 sehingga dikenal dengan nama wasiat 41. Di antara sebagian petikan wasiat 41 Tuan Syaikh Abdul Wahab Rokan adalah sebagai berikut Wasiat Pertama, “Hendaklah kamu sekalian masyghul dengan menuntut ilmu Qur’an dan kitab kepada guru yang mursyid. Dan hinakan diri kamu kepada guru kamu dan perbuat apa-apa yang disuruhnya. Jangan bertangguh. Dan banyak-banyak bersedekah kepadanya. Dan seolah-olah diri kamu itu hambanya. Dan jika sudah dapat ilmu itu maka hendaklahkamu ajarkan kepada anak cucu, kemudian kepada orang lain. Dan kasih sayangmu kepada muridmu seperti kasih sayang akan cucu kamu. Dan jangan kamu minta upah dan makan gaji sebab mengajar itu, tetapi minta upah dan gaji itu kepada Tuhan Esa lagi Kaya Murah, yaitu Allah ta’ala.” Wasiat Kedua, “Apabila kamu sudah baligh hendaklah menerima Thariqat Naqsyabandiah supaya sejalan kamu dengan aku.” Wasiat Ketiga, “Jangan kamu berniaga -maksudnya jika terdapat penipuan atau riba. Jika hendak mencari nafkah hendaklah dengan tulang empat kerat seperti berhuma dan berladang dan menjadi amil. Dan di dalam mencari nafkah itu hendaklah bersedehkah tiap-tiap hari supaya segera dapat nafkah. Dan jika dapat Ringgit sepuluh, maka hendaklah sedekahkan satu dan taruh sembilan. Dan jika dapat dua puluh, sedekahkan dua. Dan jika dapat seratus, sedekahkan sepuluh dan taruh sembilan puluh. Apabila cukup nafkah kira-kira setahun maka hendaklah berhenti mencari itu dan duduk beramal ibadat hingga tinggal nafkah kira-kira empat puluh maka boleh mencari. Wasiat Keempat, ”Maka hendaklah kamu bersedekah sebilang hari istimewa pada malam jum’at dan harinya. Dan sekurang kurang sedekah itu empat puluh duit pada tiap-tiap hari. Dan lagi hendaklah bersedekah ke Mekah pada tiap-tiap tahun.” Wasiat Kelima, “Jangan kamu bersahabat dengan orang yang jahil dan orang fasik. Dan jangan bersahabat dengan orang kaya yang bakhil. Tetapi bersahabatlah kamu dengan orang yang alim-alim dan ulama-ulama dan salih-salih.” Wasiat Keenam, ”Jangan kamu hendak kemegahan dunia dan kebesarannya seperti hendak menjadi khadi, imam dan lain lainnya istimewa pula hendak jadi penghulu-penghulu dan lagi jangan hendak menuntut harta benda banyak-banyak. Dan jangan dibanyakan memakai pakaian yang halus.” Murid dan Penerus Dakwah Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan Murid Syaikh Abdul Wahab Rokan sangat banyak yang tersebar di wilayah Asia Tenggara, Singapura, Thailand, Malaysia, Timor Leste dan lain sebagainya. Di antara muridnya yang dianggap mursyid dan khalifah yang sangat giat menyebarkan Thariqat Naqsyabandiah Khalidiah di Batu Pahat, Johor ialah Syaikh Umar Bin Haji Muhammad al-Khalidi. Muridnya yang lain adalah Syaikh Muhammad Nur Sumatera. Muridnya Syaikh Muhammad Nur Sumatera adalah Haji Yahya Laksamana al-Khalidi an-Naqsyabandi, Rambah, Sumatera. Beliau ini adalah penyusun buku berjudul Risalah Thariqat Naqsyabandiah Jalan Ma’rifah, cetakan pertama tahun 1976 di Malaysia, diterbitkan oleh pengarangnya sendiri. Murid lain yang terkenal adalah Tuan Guru H. Yahya sebagai Tuan Guru ke-2 di Babusalam tahun 1926-1929 Tuan Guru H. Abd. Jabbar sebagai Tuan Guru ke-3 tahun 1929-1943 Tuan Guru Fakih Tambah 1943- 1972 Syaikh M. Daud Syaikh Rajab Marbau Rantau Prapat Syaikh Umar Pahang Malaysia Tuan Guru H. Muim al Wahab Syaikh Ibrahim Dalimunthe Gunung Selamat Rantau Prapat Syaikh Ma’arif Kota Pinang Adapun pemegang tampuk kepemimpinan Thariqat Naqsyabandiyah Babusalam Langkat Sumatra Utara saat ini adalah Tuan Guru Syaikh DR. Zikmal Fuad, MA 2020 yang sebelumnya menggantikan posisi Syaikh H. Irfansyah Al Rokany. Tuan Guru Syaikh DR. Zikmal Fuad, MA merupakan Tuan Guru Babusalam yang ke-12 sejak Tuan Guru Pertama yaitu Syaikh Abdul Wahab Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan Pada tanggal 21 Jumadal Ula 1345 Hijriyah bertepatan pada tanggal 27 Desember 1926 beliau allah yarhamuh berpulang kehadirat Allah SWT. Oleh para zuriat dan murid-muridnya, setiap tanggal 21 Jumadal Ula ditetapkan sebagai Haul Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan yang diadakan setiap tahun. Masyarakat Langkat pada umumnya menyebut acara haul ini dengan kata “Hul”. Acara haul ini diadakan selama tiga hari tiga malam berturut-turut dengan diisi berbagai kegiatan keagamaan seperti pembacaan tahlil bagi kaum bapak, khatam Al-Qur’an bagi kaum ibu, ratib, diakhiri dengan pembacaan maulid Nabi Muhammad SAW sampai tengah malam. Acara haul ditutup dengan diadakannya kenduri dan jamuan umum pada hari ketiga atau terakhir. Pada acara ini biasanya peziarah akan dibagikan nasi berkat yang akan dimakan dan dibawa oleh peziarah pulang ke kampung halaman. Sampai saat ini haul Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan masih dilaksanakan dengan antusiasme para peziarah yang sangat banyak berdatangan dari berbagai wilayah di Provinsi Sumatra Utara maupun dari luar Provinsi Sumatra Utara, Riau bahkan dari luar negeri. Kegiatan haul ini juga dihadiri oleh pejabat daerah dan tokoh nasional hingga presiden dan wakil presiden Indonesia. Tamu-tamu yang hadir adalah murid-murid Tuan Guru Babusalam. Adapun motivasi para peziarah adalah untuk mengambil berkah di Babusalam, sekaligus untuk mengenang perjuangan dakwah Tuan Guru Syaikh Abdul Wahab Rokan dalam mengembangkan ajaran Islam dan Thariqat Naqsyabandiyah. Kegiatan haul ini biasanya dihadiri sekitar orang.
SILATURAHIM Rektor UMSU Dr Agussani MAP bersilaturahim dengan Tuan Guru Besilam, Dr Zikmal Fuad. ist/ SUMUT POS. LANGKAT, SUMUTPOS.CO - Silarurahim Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dengan Tuan Guru Besilam, Dr Zikmal Fuad sudah dimulai sejak lama. Karenanya, untuk lebih mempererat tali silaturahim, Tuan Guru Besilam, Dr Zikmal Fuad sengaja mengundang Rektor UMSU Dr Agussani
Tanjung Pura merupakan sebuah kota di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang pernah menjadi pusat penyebaran Islam. Hingga saat ini, identitas keIslaman dari kota ini masih sangat kuat. Identitas sebagai kota para ulama juga masih melekat erat pada kota tua penuh sejarah ini. Salah satu ulama terkemuka yang berkontribusi besar dalam pembentukan keagamaan masyarakat Tanjung Pura adalah Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidy Hidup Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidy NaqsabandiSyekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidy Naqsabandi atau yang sering disebut dengan Tuan Guru Besilam, dilahirkan pada 19 Rabiul Awal 1230 H/ 28 September 1830 M, dan meninggal pada 21 Jumadil Awal 1345 H/ 27 Desember 1926 M, pada usia 115 tahun. Ia berasal dari kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kabupaten Kampr, Provinsi Riau Rokan dinisbantkan kepada daerah asalnya. Ia meninggal dan dimakamkan di Babussalam. Hingga saat ini, pemakamannya masih dapat disaksikan di kampung Babussalam dan senantiasa ramai diziarahi oleh para kecilnya, ia dinamai dengan Abu Qasim. Ayahnya bernama Abdul Manaf bin M. Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tembusai, yang merupakan keturunan dari raja Siak. Ibunya bernama Abdul Wahab Rokan Al-Khalidy NaqsabandiSyekh Abdul Wahab Rokan, berasal dari keluarga yang terkenal sebagai alim besar dan shalih. nenekandanya, yakni Haji Abdullah Tembusai merupakan seorang ulama yang disegani di daerahnya. Diriwayatkan dalam sebuah sumber bahwa syekh Abdul Wahab Rokan merupakan seseorang yang berpenampilan sederhana, ia berperawakan sedang, kulitnya putih kuning, air mukanya bersih dan menarik hati setiap orang yang melihatnya. Ia berakhlak baik, tekun beribadah, zhid, dan senantiasa melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah. Ia juga merupakan seseorang yang istiqomah dan teguh berusia dua tahun, ibunya meninggal dunia. Hal ini kemudian menjadikan ia diasuh oleh ayahnya. Ayahnya inilah yang kemudian menjadi madrasah pertama bagi syekh Abdul Wahab Rokan dalam mempelajari ilmu agama. Sepeninggal ayahnya, ia tinggal bersama kakaknya, yakni Seri Barat dan M. ia lanjutkan dengan belajar ke Tembusai. Ia juga pernah belajar ke Malaysia dengan salah seorang gurunya, bernama Syekh H. Muhammad Yusuf, yang lebih dikenal dengan Tuk Ongku. Setelah dua tahun belajar di Malaysia, akhirnya ia berniat untuk pergi belajar ke Ilmu ke MakkahPada tahun 1280 H, ia berangkat ke Makkah. Ia kemudian berguru kepada banyak guru di Mekkah, di antaranya adalah syekh Sulaiman Zuhdi yang merupakan seorang pemimpin tarekat Naqsabandiyah di Syekh Abdul Wahab untuk mendalami Tasawuf ketika di Makkah adalah ketika ia melihat dan membandingkan antara kehidupan fuqoha dengan kehidupan para sufi yang cenderung lebih sederhana. Maka dari itu, ia kemudian memutuskan untuk mempelajari proses memperdalam pengetahuannya tentang tasawuf, ia mempelajari kitab ihya ulumuddin, yang ditulis oleh Imam Al-Ghazali, serta beberapa kitab lainnya. Pengetahuannya berkaitan dengan tarikat dikembangkannya dengan belajar lebih dalam kepada syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Abi Kubis, Makkah. Ia bersungguh-sungguh dalam mempelajari tarikat ini, hingga akhirnya ia mendapat ijazah dari syekh Sulaiman Zuhdi sebagai penanda diperbolehkannya ia untuk menyebarkan ajaran Tariqat Naqsabandiyah. Sejak saat itulah, ia digelari dengan nama syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi ke Indonesia dan Menyebarkan Ajaran TarekatSetelah enam tahun belajar di Makkah, ia kembali ke Indonesia dan mulai menyebarkan ajaran tariqat Naqsabandiyah. Ia behasil menjadi ulama termasyhur di Indonesia. Hal ini kemudian membuat salah seorang sultan dari kesultanan Langkat, yakni Sultan Musa untuk mengundang syekh Abdul Wahab Rokan datang ke Langkat untuk mengajar di Langkat. Pada tahun 1865 M, ia dan pengikutnya mulai mengajar di awalnya, ia masih belum menetap di Langkat. Hingga pada suatu saat, Sultan Musa memberikan tawaran kepadanya untuk menetap di Langkat. Tawaran ini diterima oleh syekh Abdul Wahab Rokan. Sultan Musa kemudian memberikan sebuah daerah di hulu Sei Batang Serangan untuk dijadikan tempat menetap syekh Abdul Wahab beserta pengikutnya, dan didirikanlah sebuah perkampungan yang diberi nama “Babussalam”, yang berasal dari kata “bab, yang artinya pintu, dan salam, yang artinya keselamatan.”. jadi, secara bahasa, Babussalam berarti “pintu keselamatan”. Pada perkembangannya, kampung ini kemudian dijadikan sebagai pusat pengajaran dan penyebaran tarikat Naqsabandiyah di Sumatera Utara yang terkenal hingga ke Abdul Wahab Rokan beserta pengikutnya kemudian membuka dan mengembangkan kampung ini secara bersama-sama. Melalui pengajaran tarikat yang diberikan, kampung ini menjadi sebuah kampung dengan nilai keIslaman yang sangat tinggi, bahkan hingga saat ini. Kampung ini dijadikan sebagai daerah otonomi tersendiri, yakni daerah antara keistimewaannya adalah kampung ini tidak dikenakan beban pajak oleh kesultanan Langkat pada waktu itu, dan pemerintah saat ini. Selain itu, kampung ini juga pernah menjadi kampung teladan yang berhasil mengembangkan pertanian pada masa syekh Abdul Wahab daerah istimewa, kampung ini diatur dengan aturan-aturan yang dibuat oleh syekh Abdul Wahab Rokan sebagai pemimpin tertinggi di Babussalam. Begitulah gambaran dari kampung Babussalam yang kemudian dikenal dengan Besilam di bawah pimpinan syekh Abdul Wahab saat ini, kampung ini menjadi kampung yang ramai dikunjungi oleh para peziarah yang ingin menziarahi makam syekh Abdul Wahab Rokan, maupun orang-orang yang ingin belajar tarikat Naqsabandiyah. Babussalam tetap berseri, lestari dengan segenap adat istiadat dan wasiat dari tuan Guru Besilam Babussalam, Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi RujukanBiografi Ulama Besar Langkat Syekh Abdul Wahab Tuan Guru Babussalam, diterbitkan di Stabat, oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kesultanan Langkat, ditulis oleh Djohar Arifin Pertumbuhan Kesultanan Langkat, Deli, dan Serdang, ditulis oleh Usman Pelly, Ratna R., dan T. Ibrahim Alfian. Diterbitkan di Jakarta, tahun 1986, oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Sejarah Masjid Azizi Tanjung Pura-Langkat-Sumatera Utara, ditulis oleh M. Kasim Abdurrahman. Diterbitkan di Jakarta, tahun 2011, oleh Melayu, oleh Ahmad dalam Sejarah dan Perjuangan Kemerdekaan, ditulis oleh Zainal Arifin. Diterbitkan di Medan, tahun 2002, oleh Mitra Posts TuanGuru Besilam, Dr. Zikmal Fuad di mata Amroeni merupakan seorang guru umat pemilik sifat tawadhu' yang tinggi, ramah bertutur sapa, serta memiliki ilmu agama yang sangat luas. "Tuan Guru Besilam dulunya adalah salah satu murid saya, beliau memiliki kepribadian yang santun, cerdas, punya ilmu yang sangat luas. Kini Tuan Guru Besilam Syekh Abdul Wahab Rokan, pemuka tarekat yang berpengaruh di Sumatera dan Malaysia, diyakini punya banyak karomah. Karena itu kuburnya ramai diziarahi. Tapi terpenting, ia meninggalkan sejumlah karya tulis berbahasa Melayu seperti syair yang masih dilantunkan orang sampai sekarang. Syekh Abdul Wahab Rokan atau yang terkenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam atau Besilam” adalah pemimpin tarekat Naqshabandiah-Khalidiah, yang tidak hanya berpengaruh di daerah Sumatera, tetapi juga sampai Semenanjung Malaya. Makamnya di di Babussalam, Tanjungpura, Sumatera Utara. Hingga kini makamnya masih diziarahi oleh ribuan umat, terutama setiap peringatan hari wafat haul-nya. Yang datang menziarahi kuburnya tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga dari mancanegara. Abdul Wahab, yang waktu kecil bernama Abu Qaim ini lahir pada 19 Rabi’ul Akhir 1230 H./28 September 1811 M. di Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Riau, dan afat pada tanggal 21 Jumadil Awal 1345 H./27 Desember 1926 M. di Babussalam. Ayahnya, Abdul Manaf bin M. Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tembusai, keturunan raja-raja Siak yang disegani pada zamannya. Sedangkan ibunya, Arba’iah binti Datuk Dagi, masih mempunyai pertalian darah dengan Sultan Langkat. Abdul Wahab besar di lingkungan keluarga yang sangat menjunjung agama. Nenek buyutnya, H. Abdullah Tambusai, dikenal sebagai ulama besar dari golongan raja-raja. Dengan “bibit” yang demikian, Abdul Wahab sejak kecil telah terdidik, terutama dalam hal keagamaan. Setelah belajar kepada sejumlah ulama di daerahnya, pada 1846 Abdul Wahab pergi ke Semenanjung Melayu dan tinggal di Sungai Ujung Simunjung, Negeri Sembilan. Di tempat ini ia belajar kepada Syekh Muhammad Yusuf Minangkabau dan Syekh H. Muhammad Yusuf, mufti Kerajaan Langkat yang diberi digelar “Tuk Ongku”. Dua tahun kemudian ia meneruskan pelajaran ke Mekah. Kurang lebih enam tahun dia belajar di Mekah. Dan di Kota Suci ini pula Abdul Wahab ia memperdalam ilmu tasawuf dan tarekat pada Syaikh Sulaiman Zuhdi sampai ia memperoleh ijazah sebagai khalifah besar tarekat Naqsabandiah-Khalidiah. Sekembalinya dari Mekah pada tahun 1852, ia mendirikan kampung yang diberi nama Tanjung Masjid di Riau, dan menyiarkan agama dan tarekat yang dianutnya, hingga Sumatera Utara dan Malaysia. Awalnya hanya mengajar di kampung yang didiriknnya itu Tanjung Masjid, daerah Kubu Bagan Siapi-api, Riau. Namun, pada 1856 ia mulai memperluas wilayah dakwahnya hingga ke Sungai Masjid, Dumai, Riau. Kemudian, ia mulai menyentuh Kualuh, Labuhan Batu pada 1860, mengajar di Tanjung Pura, Langkat 1865, Gebang 1882, dan akhirnya berpindah ke Babussalam, Padang Tualang, Langkat, sampai akhirnya. Babussalam atau Bessilam adalah kampung yang ia dirikan dan kembangkan bersama keluarga dan pengikutnya, yang merrupakan pemberian Sultan Langkat. Abdul Wahab Rokan mewariskan pemikirannya dalam beberapa tulisan. Pertama, 44 Wasiat. Kitab ini berisi pelajaran adab akhlak murid terhadap guru. Wasiat ini ditujukan kepada anak cucunya, baik anak kandung maupun anak murid. Dipesankannya agar anak cucunya menyimpan sekurang-kurangnya satu buah buku wasiat ini, dan sering-sering membacanya, seminggu sekali atau sebulan sekali dan sekurang-kurangnya setahun sekali, serta diamalkan segala apa yang disebut di dalamnya. Kedua, Syair, yang juga ditulis dalam aksara Arab-Melayu yang sampai hari ini masih terus dilantunkan di Madrasah Besar Babussalam oleh setiap muazzin sebelum azan dikumandangkan. Syair Munajat pada dasarnya mengandung puji-pujian kepada Allah, doa mohon ampun dan kelapangan hidup dunia dan akhirat. Ketiga, Kumpulan Khutbah Jum’at yang dikumpulkan oleh khalifah Abdul Malik Said terdiri dari Ma’asyiral Jum’at, Ma’asyiral Mengingat Mati, Ma’asyiral Memperbanyak Bekal ke Akhirat, Ma’asyiral Bulan Rajab, Ma’asyiral Bulan Ramadan, dan Ma’asyiral Kelebihan Jum’at. Keempat, Kisah-kisah Sufistik yang isinya antara lain, Kisah Ular Hitam dan kisah tentang Nabi Sulaiman. Kisah-kisah tersebut ditulis dengan bahasa daerah Melayu asli. Abdul Wahab Rokan selain dikenal dengan sifat zuhud atau asketisnya, yang senantiasa mengingatkan murid-muridnya untuk tidak bermegah-megah dengan dunia dan kebesarannya, juga dipercayai para pengikut tarekatnya memeliki sejumlah karamah, atau kekuatan supernatural yang umum dimiliki para aulia. Di antaranya yang paling populer adalah mencukupkan makanan yang sedikit untuk orang banyak. Diceritakan, ketika warga bergotong gotong-royong membangun anak sungai di Kampung Babussalam, nasi bungkus yang akan dibagikan kepada warga ternyata jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah orang yang kerja bergotong-royong itu. Syekh lalu meminta nasi yang sudah sempat dibagikan itu dikumpulkan dalam sebuah bakul. Kemudian ia menutupi bakul itu dengan selendangnya dan berdoa. Beberapa saat setelah itu, para petugas kemudian membagikan kembali nasi bungkus itu, dan ternyata jumlahnya lebih dari cukup. Kabar lain menyebutkan, ia bisa mendorong perahu-perahu dengan mudah, padahal perahu-perahu itu sangatlah berat dan tak mampu didorong oleh seorang saja. Syahdan, pemerintah kolonial pernah menuduh Syeikh Abdul Wahab membuat uang palsu, hanya semata karena mereka tidak pernah melihat ia kekurangan uang. Lantaran tersinggung, ia pun meninggalkan Kampung Babussalam dan pindah ke Sumujung, Malaysia. Pada saat hijrah itulah ia menyempatkan waktu mengembangkan tarekat Naqshabandiah di Malaysia. Anehnya, selama Syekh Abdul Wahab meninggalkan kampung halamannya, konon sumber-sumber minyak BPM Batavsche Petroleum Matschapij sekarang bernama Pertamina di Langkat menjadi kering. Ikan di sekitar peraairan Langkat pun raib. Tak syak lagi, para pembesar Langkat pun cemas dibuatnya. Akhirnya Syekh Abdul Wahab dijemput dan dimohon untuk kembali ke Babussalam. Setelah itu, sumber minyak pun mengalir dan ikan-ikan bertambah banyak di lautan. Satu lagi, ketika Syekh Abdul Wahab ikut perang melawan Belanda di Aceh pada tahun 1891, ia mampu terbang, melayang di udara, lalu menyerang musuh dengan gagah perkasa, sementara tubuhnya tidak mempan oleh senjata apa pun yang dipunyai Belanda kala itu.

Langkat 12/3 - Seluruh jamaah dari berbagai daerah sejak Kamis Pagi (12/3) sudah berkumpul di perkampungan religius Babussalam, dalam rangka menghadiri puncak peringatan Haul ke 91 Tuan Guru Babussalam Yarham Syekh H Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsabandi, di Desa Besilam Babussalam, Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat.

Silsilah Silsilah Tarekat Naqsyabandiah yang sampai kepada Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsyabandi 1811-1926 menurut H. Ahmad Fuad Said dalam tulisannya sejarah Syekh Abdul Wahab Tuan Guru Babussalam, adalah sebagai berikut 1. Nabi Muhammad Saw 2. Abu Bakar Siddiq 3. Salman Al – Farisi 4. Qasim bin Muhammad 5. Imam Ja’far Shadiq 6. Abu Yazid Bustami, nama lengkapnya Syekh Abu Jazid Thaifur bin Isa bi 7. Adam Bin Sarusyan Al-Busthami 8. Abu Hasan Ali bin Ja’far Al-Kharqani 9. Abu Ali Al-Fadhal bin Muhammad Al-Thusi Al-Farmadi 10. Abu Ya’kub Yusuf Al-Hamdani bin Aiyub bin Yusuf bin Husin 11. Abdul Khaliq Al-Fajduwani bin Al-Imam Adul Jamil 12. Arif Al-Riyukuri 13. Mahmud Al-Anjiru al-Faghnawi 14. Ali Al-Ramituni, terkenal dengan Syekh Azizan 15. Muhammad Baba As-Samasi 16. Amir Kulai bin Sayid Hamzah 17. Bahauddin Naqsyabandi Universitas Sumatera Utara Kemudian silsilah tersebut berkelanjutan sampai kepada Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsyabandi. Sesuai dengan ijazah yang diperoleh beliau dari gurunya Syekh Sulaiman Zuhdi sesudah bersuluk selama 6 tahun di Jabal Abi Kubis, Mekkah, maka silsilah tersebut adalah sebagai berikut 18. Muhammad Bukhari 19. Ya’kub Yarki Hishari 20. Abdullah Samarkandi Ubaidullah 21. Muhammad Zahid 22. Muhammad Darwis 23. Khawajaki 24. Muhammad Baqi 25. Ahmad Faruqi 26. Muhammad Ma’shum 27. Abdullah Hindi 28. Dhiyaul Haqqi 29. Ismail Jamil Minangkabawi 30. Abdullah Afandi 31. Syekh Sulaiman 32. Sulaiman Zuhdi 33. Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsyabandi. Universitas Sumatera Utara Tuan Guru yang Menjabat di Babussalam Di perkampungan Babussalam saat ini terdapat dua tuan guru yang menjabat sebagai pimpinan mursyid. Kedua tuan guru ini memiliki tempat persulukan yang berbeda lokasi di Babussalam. Keduanya memiliki hubungan yang erat karena masih satu garis keturunan dari Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan. Hal ini terjadi karena adanya perselisihan antara Syekh Muhammad Daud dan Syekh Pakih Tambah tentang kepemimpinan Babussalam pada tahun 1948. Sejak saat itu di Babussalam terdapat dua tempat persulukan yang dikenal dengan Besilam Atas dan Besilam Bawah. Besilam atas atau yang menempati madrasah besar saat ini dipimpin oleh Syekh Hasyim Al Syarwani dan Besilam Bawah dipimpin oleh Syekh H Tajuddin bin Muhammad Daud. Besilam Atas Tuan Guru I Syekh Abdul Wahab Rokan Al Kholidi Naqsyabandy Menjabat dari tahun 1300-1345 H atau 1880-1926 M Tuan Guru II Syekh Yahya Afandi Menjabat dari tahun 1345-1351 H atau 1926-1932 M Tuan Guru III Syekh Abdul Manaf Menjabat dari tahun 1351-1354 H atau 1932-1935 M Tuan Guru IV Syekh Abdul Jabbar Menjabat dari tahun 1354-1360 H atau 1935-1942 M Tuan Guru V Syekh Muhammad Daud Menjabat 1360-1361 H atau 1942-1943 M Universitas Sumatera Utara Tuan Guru VI Syekh Fakih Tambah Menjabat dari tahun 1361-1392 H atau 1943-1972 M Tuan Guru VII Syekh Abdul Mu’im Menjabat dari tahun 1392-1401 H atau 1972-1981 M Tuan Guru VIII Syekh Maddayan Menjabat dari tahun 1401-1406 H atau 1981-1986 M Tuan Guru IX Syekh Pakih Sufi Menjabat daritahun 1406-1407 H atau 1986-1987 M Tuan Guru X Syekh Anas Mudawar Manjabat dari tahun 1407-1418 H atau 1987-1997 M Tuan Guru XI Syekh Hasyim Al Syarwani Menjabat dari tahun 1418 H atau 1997 M sampai dengan sekarang Besilam Bawah Tuan Guru I Syekh Abdul Wahab Rokan Al Kholidi Naqsyabandy Menjabat dari tahun 1300-1345 H atau 1880-1926 M Tuan Guru II Syekh Muhammad Daud Menjabat dari tahun 1366-1392 H atau 1948-1972 M Tuan Guru III Syekh H Tajuddin Menjabat dari tahun 1392 atau 1872 sampai sekarang Universitas Sumatera Utara Aktivitas

oNN01.
  • 97izgz1h1j.pages.dev/380
  • 97izgz1h1j.pages.dev/456
  • 97izgz1h1j.pages.dev/353
  • 97izgz1h1j.pages.dev/367
  • 97izgz1h1j.pages.dev/120
  • 97izgz1h1j.pages.dev/402
  • 97izgz1h1j.pages.dev/267
  • 97izgz1h1j.pages.dev/496
  • silsilah tuan guru besilam